"welcome to my website"

Nilai seseorang tidak ditentukan oleh kemampuan atau penampilan fisik mereka...

Melainkan...

Oleh "pikiran"...
"perbuatan"...
dan "tindakan mereka"...



Jangan pernah berputus asa dalam menggapai impianmu...
karena hanya ada satu orang yang bisa menghentikanmu : yaitu ; dirimu sendiri.

"Dalam hidup ini, kita hanya mendapatkan ...
kembali apa yang kita berikan...
Kepercayaan bila diberikan dengan murah hati...
akan dibalas dengan kepercayaan juga.."

Jumat, 02 September 2011

My Presentation Agroindustri PTKI


KATA PENGANTAR


            Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tersusunnya makalah mengenai Industri Farmasi.
            Makalah ini merupakan suatu bahan penunjang perkuliahan yang sesuai dengan bidang pendidikan di PTKI Medan di bawah Kementerian Perindustrian  dan Perdagangan program Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) yang nantinya setelah lulus akan menjadi penyuluh IKM di daerah masing – masing dan makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui Industri Farmasi beserta aplikasinya di bidang kesehatan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari Ibu Mimi selaku dosen Agro Industri yang telah mengarahkan sehingga terselesaikannya makalah ini,  juga kepada teman-teman yang ikut memberikan sumbangan pemikiran agar hasil penulisan makalah ini bisa lebih baik.
            Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik materi maupun teknik penyusunannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak untuk penyempurnaannya.
            Akhirnya kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dalam rangka menunjang pengetahuan kita mengenai Industri Farmasi.



Medan,   Desember  2010
                         Penyusun,
      
                                                                                                                     Kelompok 8


DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………………        i
Daftar Isi ………………………………………………………………………          ii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……….………………………………………………...          1
B.     Maksud dan Tujuan…………………………………………………….          2
C.     Perumusan Masalah ………………………………………………….…         2
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Sejarah Singkat Temulawak……………………………………………           3
B.     Uraian Tanaman……………………………….…………………….....          3
  1. Morfologi Tanaman Curcuma xanthorrhiza ………………………………….     3
D.    Budi Daya Tanaman……….………………………….. ………………          6
E.     Kandungan Kimia Rimpang Temulawak………………………………             
F.      Senyawa Utama Temulawak….……………………………………..…         10
G.    Manfaat Temulawak Secara Umum .…………………………………...         14
H.    Gambaran Peluang Agribisnis……………………………. ….………...         16
I.       Produk Olahan Temulawak ……...…………………………………….         17
J.       Cara Pemakaian Temulawak Secara Tradisional………………………..         27
K.    Klasifikasi Standar Mutu…….. ………………………………………...        31
L.     Gambar Temulawak…………………………………………………….        31
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan ……………………………………………………………..       32
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….     33


BAB I
PENDAHULUAN
  A.     Latar Belakang
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi, Industri Farmasi adalah Industri Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelediki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi1).
Farmasi (Inggris: pharmacy, Yunani: pharmacon, yang berarti: obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Farmasi (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi2).
Dari pengertian diatas bahwa industri farmasi adalah Industri Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Disini kami tertarik membahas mengenai Bahan Baku Obat, dimana dari segi agroindustri bahan baku obat yang dapat digunakan dalam bidang farmasi adalah bangle zingiber cassummunar, kapulaga, kayuputih, jeringau, jahe, gandapura, kemangi, ketumbar, kunyit, sereh, rosemari, selasih mekah, sirih, temulawak, kencur, seledri, dan lain – lain3).

 


Dalam makalah ini kami membahas bahan baku obat dari “Temulawak”, karena menurut kami banyak terdapat kandungan kimia pada  Temulawak  yang dapat dimanfaatkan bagi kesehatan (farmasi). Temulawak merupakan bahan obat-obatan yang alami, dan banyak terdapat di Indonesia, serta temulawak juga dapat diolah lebih lanjut sehingga dapat menambah nilai tambah pada temulawak. Jadi, kami mengambil permasalahan pokok ”Produk Olahan dan Manfaat Temulawak Dalam Bidang Farmasi ”.

B.       Maksud dan Tujuan
1.    Maksud
·      Untuk mengetahui lebih jelas peran temulawak dalam bidang farmasi.
2.    Tujuan
·      Untuk mengetahui manfaat dari temulawak di bidang farmasi.
·      Untuk mengetahui kandungan – kandungan kimia temulawak yang bermanfaat bagi farmasi (kesehatan).
·      Untuk mengetahui produk olahan  temulawak  sehingga mempunyai nilai tambah.

C.          Perumusan Masalah
Permasalahan pokok yang kami ambil adalah ”Produk Olahan dan Manfaat Temulawak Dalam Bidang Farmasi ”.

2)http://id.wikipedia.org/wiki/Farmasi, “Pengertian farmasi”. 9 nopember 2010.
3)Trubus Info Kit Minyak Atsiri (PT Trubus Swadaya,2009),hal.10



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah Singkat Temulawak
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan merupakan famili zingiberaceae. Tumbuhan ini banyak ditemukan di hutan – hutan daerah tropis. Temulawak juga berkembang biak didaerah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa Negara Eropa.

B.  Uraian Tanaman
                  1.     Klasifikasi
Divisi                        :           Spermatophyta
Sub divisi                 :           Angiospermae
Kelas                         :           Monocotyledonae
Ordo                         :           Zingiberales
Keluarga                   :           Zingiberaceae
Genus                        :           Curcuma         
Spesies                      :           Curcuma xanthorrhiza ROXB.

C.  Morfologi Tanaman Curcuma xanthorrhiza
Akar
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna gelap. Rimpang induk dapat memiliki 3-4 rimpang. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk  di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. tiap rumpun umunya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda. Rimpang temulawak sangat berkhasiat untuk antiradang, antikeracunan empedu, penurun kadar kolesterol, dieuretic (peluruh kencing), penambah ASI, tonikum, dan penghilang nyeri sendi.
       Daun
  Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap. Panjang daun 31-84 cm dan lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43-80 cm. mulai dari pangkalnya sudah memunculkan tangkai daun yang panjang berdiri tegak. Tinggi tanaman antara 2 sampai 2,5 m. daunnya bundar panjang, mirip daun pisang.
                    
       Buah
Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye tua atau kuning.

       Bunga
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan bunganya berukuran pendek dan lebar, warna putih atau kuning tua dan pangkal bunga berwarna ungu. Bunga majemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong – kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah. Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu di sore hari. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13 mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4,5 cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1,25 – 2 cm dan lebar 1 cm.

       Batang
Temulawak termasuk jenis tumbuh – tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 sampai 2,5 meter berwarana hijau atau cokelat gelap. Pelepah daunnya saling menutupi membentuk batang. Tumbuhan yang patinya mudah dicerna ini dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 750 meter dpl. Umbi akan muncul dari pangkal batang, warna kuning tua atau cokelat muda, panjangnya sampai 15 cm dan bergaris tengah 6 cm. baunya harum dan rasanya pahit agak pedas.


D.  Budi Daya Temulawak
1.      Lingkungan Tumbuh
Pada awalnya, temulawak banyak tumbuh di hutan – hutan, terutama di hutan jati bersama keluarga temu-temuan lainnya, seperti temu giring, temu glenyeh, temu ireng, temu poh, dan temu ketek. Tumbuhan ini banyak tumbuh liar di padang alang – alang dan ditanah – tanah kering. Dewasa ini, melalui penanaman, temulawak juga tumbuh  dengan baik di tegalan, kebun dan pekarangan rumah.
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari terik sinar matahari. Di habitat alami, rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Meskipun demikian, temulawak juga dapat tumbuh ditempat yang terik, seperti ditanah tegalan. Tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca didaerah berbagai iklim tropis. Suhu udara yang baik untuk budi daya tanaman ini antara 19 – 30 0C. tanaman ini memiliki curah hujan tahunan antara 1000-4000 mm/tahun.
Temulawak dapat beradaptasi dengan baik diberbagai jenis tanah, baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir, maupun tanah liat. Meskipun demikian, untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur, dan berdrainase baik.
Tanaman temulawak dapat tumbuh di datran rendah dan dataran tinggi, sampai ketinggian 1.500 m dari permukaan laut (dpl). Bahkan, ada yang menyebut sampai ketinggian 1.800 m dpl. Meskipun demikian, berdasarkan penelitian, temulawak yang tumbuh didataran rendah sampai sedang antara 240-450 m dpl produksi rimpangnya lebih tinggi, yaitu mencapai 13,02 – 14,60 ton rimpang/hektar. Sementara itu, temulawak yang tumbuh di dataran tinggi sekitar 1.200 m dpl produksinya rimpangnya hanya sebesar 5,80 ton/ha. Tempat ketinggian daerah penanaman tampaknya tidak hanya berpengaruh terhadap produksi rimpang, tetapi juga terhadap kadar pati dan kandungan minyak atsiri.
Suatu penelitian yang dilakukan di tiga lokasi dengan ketinggian (dpl) yang berbeda, yakni Cimanggu (Bogor), Sempolan (Jember), dan Manoko (Lembang), menunjukkan perbedaan hasil, baik rimpang, kadar minyak atsiri, maupun pati. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan hasil rimpang, minyak atsiri, kadar pati temulawak antara tanah Cimanggu, Sempolan, dan Manoko                                                                             
Uraian
Cimanggu
Sempolan
Manoko
Tinggi lokasi (m dpl)
240
450
1.200
Jenis Tanah
Latosol
Andesit
Andosol
Produksi rimpang segar (ton/ha)
14,60
13,02
5,80
Kadar minyak atsiri
1,48
1,14
1,63
Kadar pati (%)
59,64
55,49
49,18
              *atas dasar bobot kering
              Sumber: soediarto,dkk.(1985)
           
Dari data diatas jelas bahwa rimpang dan pati temulawak dihasilkan paling banyak di dataran rendah dan minyak atsiri tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Artinya, dataran tinggi tidak mesti menghasilkan kadar minyak atsiri yang tinggi, atau sebaliknya. Karena itu beberapa ahli menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal, temulawak sebaiknya ditanam di dataran rendah.

2.      Penanaman
Bibit yang digunakan adalah anakan yang tumbuh dari rimpang tua, berumur 9 bulan atau lebih. Tanamannya diperbanyak secara vegetatif. Bibit ditanam di tanah yang gembur dan subur, tanahnya harus diolah terlebih dahulu agar gembur dan halus. Penanaman temulawak dapat dilakukan dengan 2 sistem, yakni sistem lubang (cowak) dan sistem garitan.  Temulawak bisa ditanam secara tumpang sari bersama tanaman lain secara monokultur, yakni temulawak saja.
Temulawak dapat ditanam ditempat terbuka dan terlindung. Tapi untuk mendapatkan rimpang yang besar dan banyak maka sebaiknya ditanam di tempat yang terlindung. Waktu penanaman sebaiknya pada saat musim hujan atau menjelang musim penghujan. Hal ini disebabkan pada saat musim hujan, rimpang temulawak mulai tumbuh aktif dan giat memproduksi bahan makanan cadangan (karbohidrat). Karbohidrat ini disimpan di dalam rimpang sebagai bahan makanan cadangan pada musim kering. Sementara itu, jika penanaman dilakukan pada musim kering, sebaiknya seminggu sekali diairi.
Bibit rimpang ditanam sedalam 7,5 – 10 cm di dalam lubang-lubang cangkulan dengan mata tunas menghadap ke atas. Setiap lubang ditanami 1 bibit. Setelah itu bibit ditimbun kembali dengan tanah. Untuk menumbuhkan tunas diperlukan waktu paling cepat 1 minggu, dengan catatan, mendapatkan pengairan yang cukup.
Dalam pemeliharaan nya hanya perlu diperhatikan gulma, dan jika ada rimpang tersembul dari tanah karena satu hal, misalnya lapisan tanah hanyut oleh air hujan, perlu dilakukan penggemburan.

3.      Pemanenan
Pemanenan bisa dilakukan dengan cara menggali atau membongkar  tanah disekitar rimpang dengan garpu atau cangkul. Masa panen dapat dimulai setelah tanaman berumur 7-8 bulan. Pada umur ini, daun temulawak sudah menguning dan mulai kering. Meskipun demikian, pemanenan  yang terbaik dilakukan ketika sudah berumur 11-12 bulan, yaitu ketika daun gugur untuk kedua kalinya serta tanaman yang berada diatas permukaan tanah mulai kering dan mati. Pemanenan pada umur ini hasilnya lebih besar dan kualitasnya juga lebih baik dibandingkan dengan panen ketika 7-8 bulan.

E.  Kandungan Kimia Rimpang Temulawak
Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein pati sebesar 29-30 persen, kurkumin satu sampai dua persen, dan minyak atsirinya antara 6 hingga 10 persen. Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap.
Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa membunuh mikroba. Buahnya mengandung minyak terbang (anetol, pinen, felandren, dipenten, fenchon, metilchavikol, anisaldehida, asam anisat, kamfer), dan minyak       lemak (Anonim 5. 2008).
 Sebagai tumbuhan herbal, temulawak (daging buah) mempunyai kandungan senyawa kimia yang bermanfaat untuk pengobatan. Komponen utama yang terkandung dalam rimpang temulawak yaitu
·      Pati atau zat tepung 48.18% - 59.64% à membantu proses metabolisme dan fisiologi organ badan serta meningkatkan kerja ginjal.
·  Kurkumin 1.60% - 2.20% à melancarkan proses pencernaan tubuh, antiinflamasi (antiradang), antioksidan, menghambat kerja enzim cytochrome di hati, menghambat kerja karsinogenesis, menawarkan proteksi hati terhadap toksitas alcohol, menurunkan kerusakan hati melalui pengurangan peroksidasi lipid, memperbaiki fungsi hati, antitumor, dapat menghambat HIV dan menghilangkan jerawat.
·     Minyak atsiri 6.00% - 10.00% à  antihepatotoksik (anti kerusakan sel – sel atau jaringan hati dan meningkatkan fungsi ginjal serta menghilangkan jerawat.
·  Kurkuminoid  1-2%  à menurunkan kadar kolesterol, serta menaikkan kadar asam empedu darah kelinci.(Robert Edward Aritonang, Jurusan Farmasi FMIPA, UNPAD, 1988),dan lain - lain.
·      Serat 2.58% - 4.83% à memulihkan kecerdasan badan
·      Protin 29.00% - 30.00%
·      Abu 5.26% - 7.07%
·      Phelandren à melancarkan pengeluaran toksik dalam tubuh melalui air kencing, anemia, antioksidan, antikanker.
·      Kamfer à produksi ASI, meningkatkan nafsu
·      Kurkuminoid à antikeracunan empedu, antikolestrol
·      Turmerol à membantu proses metabolism, antimikroba, sakit limpa, asma.
·      Borneol à memulihkan kesehatan tubuh badan akibat serangan penyakit.
·      Karbinol à mengobati air, sariawan, asma, sakit perut waktu haid.
·      Foluymetik àmengobati sakit kepala, sakit cangkrang, cacar.
·      Glukosida à penambah nafsu makan, obat jerawat, sakit pinggang
·      Sineal
·      Xanthorrhizol à mengobati kanker payudara, paru-paru dan ovarium dan sebagai anti bakteri, pencegah rusaknya email gigi (mencegah plak).
Untuk menentukan persentase ini dilakukan pemanasan pada temperatur 50-55 0C , supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari kurkuminoid.

F.   Senyawa Utama Temulawak
Senyawa utama dalam rimpang adalah kurkumin. Kurkumin, atau 1,7-bis-(4 hidroksi-3-metoksi fenil) hepta-1,6-diena-3,5-dion merupakan senyawa α,β diketon asiklik diaril yang berwujud kristal kuning jingga, yang terdapat dalam Curcuma longa, L. Kadar kurkumin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia hingga umur 12 bulan, sedangkan desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksi kurkumin meningkat hanya sampai umur 8 bulan.
Di alam, kurkumin selalu terdapat bersama dengan senyawa turunan lainnya yaitu demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin, yang dikenal dengan nama kurkuminoid (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Kurkumin merupakan senyawa yang berinteraksi dengan asam borat menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H2006 dengan BM 368,37 serta titik lebur 183°C, tidak larut dalam air dan eter, larut dalam etil asetat, metanol, etanol, benzena, asam asetat glasial, aseton dan alkali hidroksida (Kiko, 1983).
Struktur kimia kurkumin berhasil dielusidasi oleh Lampe dkk pada tahun 1910, dan disintesis pertama kali oleh Lampe dan Milobedzka pada tahun 1913 (Aggarwal et al., 2003). Kurkumin tergolong senyawa diarilheptanoid turunan metana tersubstitusi dua asam furalat (diacu sebagai diferuloid metan).
     

Ph dan suhu
Sifat kurkumin yang menarik adalah perubahan warna akibat perubahan ph lingkungan. Dalam suasana asam kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Hal terrsebut dapat terjadi karena adanya sistem tautomeri pada molekulnya. Untuk mendapatkan stabilitas yang optimum dari sediaan kurkumin maka pH nya dipertahankan kurang dari 7. Pada pH lebih dari 7 kurkumin sangat tidak stabil dan mudah mengalami disosiasi (Tonnesen dan Karlsen, 1985).
Dalam larutan beraquadest kurkumin mengalami reaksi hidrolisis degradatif yang bergantung pH lingkungan (Donatus, 1994). Kecepatan degradasi pada pH < 7 lebih lambat dibanding pH >7. Ketidakstabilan kurkumin pada pH alkali disebabkan oleh gugus metilen aktif. Penghilangan gugus metilen aktif dan gugus karbonil menjadi 1,4 pentadien-3-on dapat menghasilkan bentuk yang lebih stabil dan masih memiliki sifat antioksidan. Sintesis seri analog kurkumin 1,5 difenil-1,4-pentadiena-3-on dan bentuk lingkar siklopentanon maupun sikloheksanon yang masih menunjukkan aktivitas antioksidan yang poten, terutama jika posisi meta pada cincin aromatik tersubstitusi gugus metoksi.

Cahaya
Sifat kurkumin yang penting adalan sensitivitasnya pada cahaya. Kurkumin akan mengalami dekomposisi jika terkena cahaya. Produk degradasinya yang utama adalah asam ferulat, aldehid ferulat, dehidroksinaftalen, vinilquaikol, vanilin dan asam vanilat.

Radikal hidroksil
Kurkumin memperlihatkan kepekaan terhadap radikal bebas sebagai contoh kurkumin dapat bereaksi selama atom H dilepas atam radikal hidroksil ditambahkan pada molekul kurkumin. Pengurangan sebuah atom H menghasilkan pembentukan radikal kurkumin yang terdekomposisi atau menjadi stabil dengan sendirinya (Van der Good, 1995)
Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, selain banyak kegunaan medis seperti;
·         melindungi saraf, mengurangi risiko radang otak vasospasma[2] dan mengembalikan homeostasis energi pada sistem otak yang terganggu akibat terluka atau trauma.
·         menghambat dan mengurangi penumpukan plak amiloid-beta pada penderita Alzheimer.
·         Melindungi hati, antara lain dari hemangioendotelioma, hepatokarsinoma, Hepatitis B.
·         melindungi pankreas dari akibat rasio sitokina yang berlebihan, bahkan setelah transplantasi, serta menurunkan resistansi terhadap insulin dan leptin
·         melindungi sel Leydig dari pengaruh alkohol.
·         menurunkan peradangan pada jaringan adiposa.
Selain itu kurkumin juga:
·         menghambat indoleamina 2,3-dioksigenase, sebuah enzim yang berperan dalam degradasi triptofan pada sel dendritik yang distimulasi oleh LPS atau interferon, dan menghambat matangnya sel dendritik. Ekspresi siklo oksigenase-2 yang diinduksi oleh LPS dan produksi prostaglandin E2 akan meningkat, dan mengakibatkan de-ekspresi molekul CD80, CD86 dan MHC I dan menghambat produksi sitokina IL-12 p70 dan TNF-α.
·         menghambat angiogenesis.
·         menghambat lintasan COX dan LO pada metabolisme eikosanoid. Kurkumin sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti kanker payudara, namun menunjukkan sifat toksik terhadap kultur sel punca.
Defisiensi COX dapat mengakibatkan sindrom Leigh, SCO2 (hypertrophic cardiomyopathy), SCO1 (gagal hati, koma ketoasidosis), and COX10 (encephalopathy, tubulopathy).
Isolasi kurkumin dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama ekstraksi menggunakan metode refluks menggunakan pelarut eter minyak bumi dan ampasnya diekstraksi dengan metanol dua jam. Kemudian ekstrak pekatnya dikromatografi cair vakum yang dielusi dengan campuran n-heksan, etil asetat dan metanol secara gradien elusi untuk memisahkan pengotor seperti resin dan amilum. Fraksi yang hanya mengandung kurkuminoid dikromatografi kolom untuk memisahkan kurkuminnya dengan absorben silika gel dan eluen kloroform-asam asetat glasial (9:1). Kristal kurkumin yang diperoleh dimurnikan dan diidentifikasi.
Kurkuminoid dikenal sebagai zat warna kuning yang terkandung dalam rimpang. Kenyataan menunjukkan bahwa kurkumin yang diperoleh dari rimpang kunyit selalu tercampur dengan dengan senyawa analognya yaitu demetoksi kurkumin dan BIS demetoksi kurkumin. Campuran ketiga senyawa tersebut dikenal dengan kurkuminoid. Kadar kurkumin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia hingga umur 12 bulan, sedangkan desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksi kurkumin meningkat hanya sampai umur 8 bulan.
Untuk mendapatkan kurkuminoid dari rimpang temulawak, dilakukan ekstraksi dengan metode Soxhlet. Dalam suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, pelarut yang digunakan adalah pelarut aseton. Seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut sedangkan zat-zat yang tidak diinginkan berada pada pelarut yang lain. (Anonim 4. 2008; Distantina, Sperisa ; Wulan, Dwi Hastuti Asta. 2002).
Pengambilan senyawa organik metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam padat yang lebih umum menggunakan metode sokletasi. Pada prinsipnya metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut. Metode sokletasi mempunyai keunggulan dari metode lain, karena melalui metode ini penyaringan dilakukan beberapa kali dan pelarut yang digunakan tidak habis (didinginkan melalui pendinginan) dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan (Anonim 4. 2008; Distantina, Sperisa ; Wulan, Dwi Hastuti Asta. 2002).


G. Manfaat Temulawak Secara umum
Temulawak (Curcuma Xanthorriza, Roxb) merupakan salah satu herbal asal Indonesia, dan jenis temulawak merupakan jenis yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional. Temulawak dapat digunakan sebagai obat utama (remedium cardinale), bahan obat penunjang (remedium adjuvans), pemberi warna, penambah aroma, makanan , minuman penyegar, bahan baku industri seperti kosmetika.
Sebagai obat tradisional mulai banyak digunakan dalam bentuk tunggal atau campuran, dan berkhasiat pengobatan penyakit jantung dan lever, diare, disentri, wasir, bengkak karena infeksi, cacar, jerawat, sakit kuning, sembelit, merangsang nafsu makan, kejang-kejang, radang lambung, kencing darah, ayan, kurang darah (anemia), penurun panas, mag, perut kembung, pegal-pegal, menurunkan lemak darah (kolesterol), menghambat penggumpalan darah (antioksidan), meningkatkan daya imun, karsinogenesis, menawarkan proteksi hati terhadap toksitas alkohol, menurunkan kerusakan hati melalui pengurangan peroksidasi lipid, memperbaiki fungsi hati, antitumor, dapat menghambat HIV, penurun panas, dan lain - lain.


Tabel . Pemakaian manfaat temulawak oleh beberapa etnis di Indonesia
No
Nama Etnis
Etnis Penggunaan
1
Aceh

Untuk membantu mengatasi kurang darah, penyakit malaria, dan memulihkan kesehatan setelah melahirkan
2
Melayu Tradisional (daerah antara perba-tasan antara Riau dan Jambi) 
Untuk membantu memulihkan kesehatan setelah melahirkan
3
Sakai (provinsi Riau)

Untuk membantu mengatasi kurang nafsu makan
4
Sunda (provinsi Jawa Barat)
Untuk membantu mengatasi kencing batu, sakit kuning, perut kembung, maag, lever, pegal-pegal, dan memulihkan kesehatan setelah melahirkan
5
Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur)

Untuk membantu mengatasi kencing batu, sakit kuning, ambeien, diare dan kurang nafsu makan
6
Madura
Untuk membantu mengatasi sakit keputihan
7
Bali
Untuk membantu mengatasi sakit maag
  

H.  Gambaran Peluang Agribisnis
Indonesia dengan dukungan kondisi iklim dan tanahnya dapat menjadi produsen dan sekaligus pengekspor utama rimpang temulawak dengan syarat produks dan kualitas rimpang yang dihasilkan memenuhi syarat. Selama periode 1985-1989 Indonesia mengekspor temulawak sebanyak 36.602 kg senilai US $ 21.157,2 setiap tahun.
Secara umum produk – produk olahan temulawak adalah sebagai berikut :
Bagian yang dimanfaatkan
Hasil Olahan
Konsumen
Kulit
Daging
Kulit
Simplisia rimpang
Pati
Oleoresin
Minyak temulawak
Zat warna

Minuman berkarbonat (limun), minuman non karbonat, sirup dan bir
Industri pupuk
Industri obat tradisional (jamu)
Industri makanan
Industri farmasi, makanan
Industri farmasi, makanan
Industri makanan, kosmetika,
tekstil, farmasi
Rumah tangga dan Industri minuman


Dalam bidang farmasi, komponen utama yang paling berperan dari temulawak ini adalah kurkumin dan kurkuminoid, dimana kurkumin itu terdapat pada simplisia rimpang dan ada pada minyak temulawak atau minyak atsiri. Yang terdapat pada  zat warna dan oleoresin dari temulawak ini juga adalah kurkuminoid.


I.     Produk Olahan Temulawak
Temulawak dapat diolah menjadi  :
1.      Minuman Instan Ekstrak Temulawak (hasil dalam bentuk serbuk)
Pembuatan minuman instan temulawak dapat dicampur dengan mengkudu. Proses pembuatan minuman instan ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu meliputi beberapa proses, yaitu : tahap penghancuran bahan, pemisahan ekstrak, pemurnian ekstrak, pencampuran ekstrak, dan pemasakan ekstrak, dan Tahap Penyelesaian. Berikut uraiannya :

Ø Tahap penghancuran
Tahap penghancuran dilakukan dengan menghancurkan bahan hingga hancur. Penghancuran diawali dengan memotong-motong bahan
ukuran kecil yang telah dibuang kulit dan isinya kemudian dimasukkan dalam alat penghancur dan ditambahkan air sesuai perbandingan yang telah ditentukan, kemudian dihancurkan. Penghancuran dihentikan ketika bahan telah hancur dan membentuk bubur buah.
Penghancuran/penggilingan bertujuan agar pori-pori sel pada bahan terbuka sehingga zat-zat aktif yang terdapat dalam bahan mudah keluar dan larut di dalam air. Hasil yang diharapkan adalah mendapatkan bubur buah yang mudah dilakukan penyaringan.
Ø Tahap pemisahan ekstrak
Tahap pemisahan ekstrak dilakukan dengan proses ekstraksi dan filtrasi yaitu melakukan pemisahan ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu dari campurannya, kemudian dilanjutkan dengan penyaringan (filtrasi), sehingga dihasilkan filtrat bahan dan refinat. Selanjutnya ekstrak bahan diambil dan diolah lanjut, sedangkan refinat (ampas) dibuang.
Ø Tahap pemurnian ekstrak
Pemurnian ekstrak merupakan proses lanjut dari ekstraksi dan filtrasi, yaitu melakukan penjernihan cairan ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu dari partikel-partikel/padatan yang ada melalui pengendapan secara alami. Tujuan perlakuan ini yaitu agar diperoleh cairan ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu yang lebih jernih.

Ø Tahap pencampuran
Tahap pencampuran yaitu melakukan pencampuran ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu ke dalam satu campuran agar diperoleh satu campuran yang homogen. Pencampuran ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu bertujuan untuk menghasilkan produk minuman kesehatan ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu yang mempunyai sifat atau karakterisitik inderawi khas minuman temulawak dan mengkudu.

Ø Tahap pemasakan
Tahap pemasakan yaitu proses memasak ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu ke dalam alat masak. Pemasakan ekstrak dilakukan hingga kental (volumenya tinggal separuhnya), kemudian didinginkan. Setelah dingin ditambahkan gula pasir kemudian dimasak lagi hingga kering. Penambahan gula dimaksudkan agar ekstrak bahan dapat terikat oleh gula pada saat pemasakan dan membentuk butiran-butiran kristal.
Selama proses pemasakan harus dilakukan pengadukan secara terus menerus untuk menghindari dan mengontrol keadaan suhu yang terlalu panas, sehingga mudah dikendalikan. Pada tahap pemasakan ini, suhu yang digunakan berkisar antara 850 - 1000C dan waktu pemasakan dilakukan selama 60 menit. Hal ini dikarenakan, dalam pembuatan serbuk minuman dari bahan tradisional, dengan pemanasan lebih lama dan suhu yang terlalu tinggi dikhawatirkan dapat terjadi penguapan zat aktif/senyawa volatile dalam bahan lebih banyak, sehingga hasilnya kurang optimal.

Ø Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan kegiatan setelah akhir pemasakan ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu. Tahap penyelesaian meliputi: tahap pendinginan, tahap penggilingan,tahap pengayakan dan tahap pengemasan.
a.    Tahap pendinginan
Tahap pendinginan yaitu melakukan proses pendinginan terhadap serbuk instan yang terbentuk setelah akhir pemasakan. Pendinginan dilakukan secara alami yaitu meletakkan serbuk instan ke dalam suatu wadah terbuka hingga dingin dan kering, selama lebih kurang 20 menit.

b.    Tahap penggilingan/penghancuran
Tahap penggilingan yaitu melakukan penggilingan/penghancuran terhadap butiran-butiran kristal yang telah didinginkan setelah pemasakan. Penggilingan ini bertujuan untuk memecah butiranbutiran kristal yang ukurannya lebih besar.

c.    Tahap pengayakan
Tahap pengayakan yaitu melakukan pengayakan terhadap butiran-butiran kristal ekstrak temulawak dan ekstrak mengkudu yang telah dihancurkan/gigiling. Tujuan pengayakan yaitu untuk menghasilkan serbuk minnuman instan yang ukurannya seragam.

d.   Tahap pengemasan
Tahap pengemasan yaitu melakukan pengemasan terhadap serbuk minuman instan yang telah diayak. Serbuk minuman instan dikemas dalam botol atau plastik (klip plastik, ketebalan 0,3 mm) masing-masing dengan berat yang sama.

e.    Penyimpanan
Serbuk minuman instan yang telah dikemas, disimpan di dalam toples kaca dan hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, agar kualitasnya tetap terjaga.

        Dalam minuman instan temulawak yang dicampur dengan mengkudu terdapat unsur non zat gizi yaitu kurkuminoid. Senyawa kurkuminoid inilah yang menyebabkan warna minuman temulawak ini kuning seperti warna kuningnya temulawak, aroma dan bau yang semakin tajam yaitu seperti aroma dan baunya temulawak, dan rasa getir atau pahit semakin tajam yaitu seperti rasa getir dan pahitnya temulawak.
Dan  senyawa kurkuminoid yang terdapat pada serbuk hasil ekstrak temulawak ini bermanfaat dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai senyawa antioksidan yang dapat menangkal atau melokalisir radikal bebas (karsinogenik) akibat mengkonsumsi makanan yang kurang sehat, sehingga kurkuminoid mempunyai efek antirematik dalam pengobatan secara tradisional.

2.      Minyak Atsiri (minyak temulawak)
Minyak temulawak yang diperoleh dari hasil penyulingan rimpang temulawak yang berwarna kuning merupakan minyak atsiri yang sudah diminati di dalam dan luar negeri. Minyak atsiri temulawak merupakan cairan berwarna kuning kehijauan, berbau aromatik tajam. Komponen utama minyak temulawak α curcumen, xanthorrizol, farnezol, germacrene, germacrone, camphor, zingiberene, camphene, α tumerone, linalool, geraniol, kamfer, feladren, tolimetilkarbinol, ar-kurkumen, kuzerenon dan Linalool dan geraniol merupakan golongan fenol yang mengandung senyawa beracun yang berfungsi untuk mengusir nyamuk. Xanthorrizol mempunyai kandungan tertinggi yaitu 40%.
Sebelum diolah rimpang temulawak dicuci kemudian dipotong kecil-kecil (dirajang). Ketebalan berkisar antara 2 sampai 4 mm. rimpang dapat juga digeprak (dipukul sampai memar dan pecah, tapi tidak sampai hancur). Temulawak yang akan disuling tidak perlu dikuliti karena pengulitan akan menurunkan rendemen minyak atsiri temulawak. Untuk potongan (rimpang) harus diusahakan seseragam mungkin karena ukuran yang tidak seragam dapat menyebabkan penyulitan penyusunan bahan didalam ketel dengan baik.
Proses yang dilakukan untuk menghasilkan minyak atsiri dari temulawak dapat dilakukan dengan cara sistem uap langsung. Disebut sistem uap langsung karena uap hasil pembakaran langsung memanaskan bahan baku sehingga minyak atsiri keluar.  Teknik penyulingan sistem uap langsung ini memerlukan tangki reaktan yang menampung bahan baku ketika dipanaskan. Dibagian bawah tangki terdapat air yang ditutup dengan saringan alias lempeng besi berlubang-lubang.
Lempeng besi berfungsi untuk menahan bahan baku munyak atsiri agar tidak bersentuhan dengan air. Dari lubang – lubang di lempeng itu uap panas mengalir. Prinsip kerjanya mirip pengukusan. Jadi antara bahan baku atau rimpang temulawak  dan air pemanas dibatasi oleh lempeng tipis berlubang-lubang. Uap air panas hasil pembakaran menerobos bahan baku, membawa uap minyak atsiri dan mengalir ke tabung kondensor atau pendingin. Suhu penguapan minyak temulawak 145oC, 150oC dan 155oC.
Minyak temulawak yang dihasilkan masih mengandung sedikit air. Air ini dapat dikurangi dengan menyaring minyak dengan kertas saring berlapis magnesium karbonat. Untuk mendapatkan minyak atsiri temulawak dengan kandungan air kecil/rendah, minyak atsiri temulawak harus disentrifugasi dengan kecepatan tinggi atau disaring dengan penyaring mekanis.
Minyak temulawak yang diperoleh dari hasil penyulingan rimpang temulawak yang berwarna kuning merupakan minyak atsiri yang sudah diminati di dalam dan luar negeri. Minyak atsiri temulawak merupakan cairan berwarna kuning kehijauan, berbau aromatik tajam. Komponen utama minyak temulawak α curcumen, xanthorrizol, farnezol, germacrene, germacrone, camphor, zingiberene, camphene, α tumerone, dll. Minyak atsiri yang dihasilkan dapat disimpan dalam botol berwarna gelap dan kering. Botol ini harus ditutup rapat.
Karakteristik minyak temulawak :
                            

      3.      Simplisia (obat tradisional dari temulawak)
Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali proses pengeringan. Ditinjau dari asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisia nabati dan simplisia hewani. Simplisia hewani berasal dari hewan, baik yang masih utuh, organ-organnya maupun zat-zat yang dikandungnya yang berguna sebagai obat dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati berasal dari tanaman, baik yang masih utuh, bagian-bagiannya, maupun zat-zat nabati yang dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Dengan demikian, simplisia temulawak tergolong simplisia nabati.
Bahan yang digunakan untuk simplisia disini adalah rimpang temulawak yang sudah tua agar kandungan kurkuminnya tinggi, apabila menggunakan rimpang temulawak yang muda,  maka hanya mengandung air yang banyak sedangkan kandungan kurkuminnya rendah.
Cara pembuatannya relatif mudah, yakni rimpang – rimpang temulawak, baik induk maupun cabang yang tidak digunakan untuk bibit, dicuci bersih, dikupas, dipanaskan, dan diiris melintang dengan tebal sekitar 0,6 cm. irisan rimpang kemudian dijemur diatas lantai yang beralas, seperti tikar, kepang (anyaman bambu rapat), widik (anyaman jarang-jarang) atau tampir (nyiru).. Penjemuran dengan menggunakan alas ini bertujuan agar irisan temulawak tidak terkena tanah dan memudahkan untuk pengangkutannya ke gudang. Untuk lebih jelasnya, berikut ini digambarkan diagram pembuatan simplisia rimpang temulawak.

     Rimpang Temulawak Segar
 

   Pencucian
 

    Pengupasan
 

    Pemanasan

      Pengirisan
    
      Pengeringan

           Rimpang temulawak kering
                         (simplisia)


Pencucian bertujuan untuk membersihkan dan melepaskan tanah yang melekat pada rimpang. Dimana rimpang ini dibersihkan sampai benar-benar bersih jangan sampai ada terikut bahan-bahan asing seperti tanah, pasir, serangga, kotoran burung, kapang, rumput dan bagian tanaman lain, akan sangat menurunkan kualitas simplisia yang diproduksi oleh para petani. Kebersihan produk simplisia ini, akhirnya juga akan menentukan pula tinggi rendahnya harga.
Pemanasan dilakukan untuk mengurangi waktu pengeringan, memperoleh warna rimpang yang seragam (kuning menyala), dan produk yang keras akibat glatinisasi pati. Pengirisan untuk waktu pengeringan dan mempermudah penggilingan. Pengeringan merupakan proses yang sangat penting, karena disamping agar rimpang tidak membusuk, proses pengeringan juga menentukan kualitas simplisia. Ada beberapa cara pengeringan yang dikenal, yakni pengeringan langsung dengan cara dijemur di bawah matahari dari jam 08.00-11.00 dan dari jam 08.00-15.00, pengeringan menggunakan alat buatan dan pengeringan menggunakan oven dengan suhu 600C, pengeringan dengan oven lampu suhu 300C.
Pengeringan langsung dengan sinar matahari merupakan proses yang murah, karena tidak membutuhkan bahan bakar. Hanya, pengeringan semacam ini rawan terkontaminasi debu, serangga, burung, dan tikus. Di samping itu, jika cuaca tidak menentu, kualitas akan jelek. Jika cuaca cerah, pengeringan langsung memerlukan waktu 5-6 hari. Pengeringan dengan alat pengering dilakukan selama sekitar 7 jam dengan suhu 50 – 550C.
Umumnya hasil pengeringan yang diperoleh adalah 5:1, yakni 5 Kg temulawak basah jika dikeringkan akan menyusut menjadi 1 Kg. kadar air temulawak kering yang ideal adalah dibawah 10%. Sementara itu, untuk mendapat simplisia dengan warna yang baik, saat dijemur, irisan rimpang harus dibolak-balik dan tidak saling bertumpuk. Namun apabila masyarakat bisa melakukan pengeringan melalui oven maka hasilnya lebih bagus. Karena  pengeringan simplisia yang langsung di bawah sinar matahari, potensial untuk merusak kadar bahan aktif yang terkandung dalam bahan simplisia.
Simplisia hasil pengeringan oven dan oven lampu mempunyai warna yang cerah dan permukaannya berwarna jingga kekuningan sedangkan simplisia hasil pengeringan matahari berwarna gelap dan terinfeksi jamur putih. Hasil kandungan kurkuminoid ditampilkan dalam persen dari berat kering dan diuji dengan Analisis Varians Eka Arah Kruskal Wallis pada taraf signifikansi 5%. Kadar kurkuminoid yang dihasilkan dari pengeringan oven yaitu 0,68%, 0,92%, 0,91% dan 0,82%, dari pengeringan oven lampu yaitu 0,71%, 0,83%, 0,57%, dan 0,97%, dari pengeringan matahari pada jam 08.00-11.00 yaitu 0,82%, 0,99%, 0,64%, dan 0,89% dan dari pengeringan matahari pada jam 08.00-15.00 yaitu 0,80%, 0,89%, 0,84%, dan 0,93%. Kadar kurkuminoid yang diteliti dari beberapa metode pengeringan tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Proses pengeringan sangat menentukan kualitas rimpang. Karena itu, jika proses pengeringannya diperhatikan dengan baik, kualitas rimpang akan baik. Secara umum, kualitas rimpang temulawak kering dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.

a.    Kualitas nomor satu atau kualitas ekspor
Untuk mendapatkan kualitas ekspor, pengeringan harus dilakukan dengan rajin dan teliti, sehingga memperoleh kepingan rimpang yang bersih dengan warna permukaan kedua sisinya kuning cerah sampai kuning jingga. Kadar minyak atsiri rimpang temulawak yang akan diekspor juga harus disesuaikan dengan yang dikehendaki konsumen di luar negeri.
b.    Kualitas nomor dua
Kepingan rimpang yang satu sisinya berwarna kuning cerah dan sisi yang lainnya berwarna kuning agak pucat. Kualitas seperti ini disebabkan saat penjemuran, kepingan rimpang tidak dibolak-balik.
c.    Kualitas nomor tiga
Kepingan rimpang yang satu sisinya berwarna kuning kotor dan sisinya lainnya berwarna kuning pucat. Simplisia kualitas ini banyak mengandung bahan organik asing.

4.    Oleoresin
Oleo = minyak, resin = gum, jadi oleoresin adalah campuran minyak dan resin atau gum yang diperoleh dengan cara ekstraksi, pemekatan dan standarisasi minyak atsiri (minyak essential dan komponen non volatile dari rempah – rempah). Oleoresin biasanya berbentuk cairan kental, pasta atau padat. Penggunaan oleoresin sebagai bahan baku flavor pada industri pengalengan daging, minuman segar, bahan baku obat, kosmetik, parfum, industri kembang gula dan roti.
Ekstraksi oleoresin temulawak menggunakan metode ekstraksi karbon dioksida superkritis. Tekanan dan temperatur berpengaruh terhadap kelarutan solute dalam karbon dioksida sehingga berpengaruh juga terhadap oleoresin dan kadar kurkuminoid dalam oleoresin temulawak.
Pada temperatur konstan, semakin tinggi tekanan ekstraksi, kadar curcuminoid dalam oleoresin cenderung meningkat. Sedangkan pada tekanan konstan, semakin tinggi temperatur ekstraksi, kadar curcuminoid cenderung menurun. Kada curcuminoid dalam oleoresin temulawak cenderung meningkat dengan bertambahnya waktu ekstraksi (55-105 menit).

5.   Zat warna
Zat warna yang terdapat dalam temulawak adalah warna kuning. Senyawa kurkuminoid inilah yang menyebabkan warna temulawak ini kuning seperti warna kuningnya temulawak. Zat warna yang dihasilkan adalah zat warna alami yang baik bagi kesehatan. Dapat dilihat pada obat untuk menghilangkan rasa nyeri sewaktu haid yaitu produk Kiranti dan penambah nafsu makan curcumaplus warna produk yang dihasilkan adah warna alami yaitu kuning.

J.        Cara pemakaian temulawak secara tradisional
·       Pelancar ASI
Cuci 20g rimpang segar temulawak, lalu parut. Hasil parutannya peras dan saing, lalu ditim sampai mendidih. Setelah dingin, tambahkan 2 sendok makam madu sambil diaduk rata, lalu diminum. Lakukan pagi dan sore dengan takaran yang sama banyak.
·       Menurunkan kadar kolesterol darah tinggi
Kupas kulit rimpang temulawak segar sebesar 3 jari, lalu parut. Tambahkan 3/4 cangkir air panas dan biarkan mengendap. Setelah dingin, endapannya dibuang dan airnya diminum. Lakukan setiap hari.
·       Hepatitis
Rimpang temulawak segar sebesar 2 jari dikupas kulitnya lalu diparut. Tambahkan air panas sebanyak 1/2 cangkir dan 1 sendok madu. Aduk campuran tadi sampai merata lalu dibirakan mengendap. Minum beninggannya, ampasnya dibuang. Lakukan 2 kali sehari, sampai sembuh.
Rebus 10g rimpang temulawak kering dan 30g akar alang-alang (Imperata cylindrica) dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus. Lakukan 2 kali sehari.

·        Wasir
Sediakan rimpang temulawak sebesar jari, kelembak (Rheum officinalle Baill.) sebesar 3/4 jari, 1 genggam pegagan (Centella asiatica L), 1 genggam daun saga (Abrus precatoris L) dan gula neau sebesar 3 jari. Cuci bahan-bahan tersebut, lalu potong-potong seperlunya. Selanjutnya, rebus bahan-bahan tersebut dalam 5 gelas air bersih sampai tersisa kira-kira separuhnya. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sehari 3 kali, masing-masing 1/3 bagian. Lakukan pengobatan ini setiap hari.
·       Jerawat
Cuci rimpang temulawak sebesar 1 jari, lalu potong-potong seperlunya. Selanjutnya rebus dalam 4 gelas minum air bersih sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin, saring dan tambahkan madu kedalam air saringannya seperlunya, lalu diminum. Pengobatan dilakukan sehari 2 kali, setiap kali cukup 1 gelas.
·       Diare
Cuci rimpang temulawak sebesat 1/2 ibu jari, lalu panggang sampai hangus. Selanjutnya giling bahan tersebut sampai halus, lalu seduh dengan 1/2 cangkir air panas. Tambahkan 1 sendok makan madu sambil aduk sampai merata, lalu diminum. Lakukan 2 kali sehari sampai sembuh.
·       Sembelit
Sediakan rimpang temulawak dan buah asam (Tamarindus indicaL.) masak (masing-masing sebesar 1 jari), gula enau secukupnya. Selanjutnya potong tipis-tipis, lalu seduh dengan 1 cangkir air mendidih. Aduk sampai gulanya larut dan minum setelah dingin.
·       Nyeri haid
Sediakan 10 iris rimpang temulawak, asam kawak, sebesar telur burung puyuh dan gula enau sebesar 3 jari. Rebus bahan-bahan tersebut dalam 2 gelas air sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin, minum ramuan tersebut. Lakukan setiap hari selama 1 minggu sebelum haid.
·       Demam
Rebus 1 jari rimpang temulawak yang telah diiris tipis-tipis dan 5 batang meniran dengan akarnya dalam 5 gelas air bersih sampai tersisa separuhnya. Setelah dingin, saring dan air saringannya dibagi untuk 3 kali minum, pagi, siang dan sore hari.
·  Penambah nafsu makan
Sediakan 20g rimpang temulawak segar yang telah diiris tipis-tipis, 10g asam jawa dan 30g gula enau. Masukkan bahan-bahan tersebut kedalam panci email, lalu rebus dalam 250 cc air sampai mendidih selama 15 menit. Selanjutnya, saring dan minum ramuan tersebut selagi hangat, sehari 2 kali, masing-masing 1/2 bagian.

·     Sakit Limfa

Bahan yang digunakan 2 rimpang temulawak, 1/2 rimpang lengkuas, 1 genggam daun meniran. Temulawak dan lengkuas diparut, kemudian semua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, dan disaring. Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 cangkir.

·      Sakit Ginjal

Bahan yang digunakan 2 rimpang temulawak, 1 genggam daun kumis kucing, 1 genggam daun kacabeling. Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis, kemudian direbus bersama dengan bahan lainnya dengan 1 liter air, dan disaring. Cara menggunakan: diminum selama 3 hari.
·      Sakit Pinggang
Bahan yang digunakan 1 rimpang temulawak, 1 rimpang kunyit sebesar ibu jari, 1 genggam daun kumis kucing. Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air, dan disaring. Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.

·     Asma

Bahan yang digunakan 1 1/2 rimpang temulawak, 1 potong gula aren. Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan dikeringkan. Setelah
kering direbus dengan 5 gelas air ditambah 1 potong gula aren
sampai mendidih hingga tinggal 3 gelas, kemudian disaring.

·     Sakit Kepala dan masuk angin.

Bahan yang digunakan beberapa rimpang temulawak. Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis, dikeringkan dan ditumbuk
halus menjadi tepung. Kurang lebih 2 genggam tepung temulawak
direbus dengan 4-5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 3
gelas, kemudian disaring disaring.

·     Maag

Bahan yang digunakan 1 rimpang temulawak. Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan sebentar, kemudian direbus dengan 5-7 gelas air sampai mendidih, dan disaring. Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.

·         Menghilangkan bau amis sewaktu haid :

Bahan yang digunakan 1 rimpang temulawak, 5 buah mata asam, 1 potong gula kelapa. Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan, kemudian bersama bahan lainnya ditaruh dalam waskom (rantang/ panci), diberi 2 gelas air panas dan ditutup rapat selama kurang lebih 15 menit, dan disaring. Cara menggunakan : diminum 3 kali, 1 kali sehari.

·         Kesulitan buang air besar/berak

Bahan yang digunakan 1 rimpang temulawak, 3 buah mata asam, 1 potong gula kelapa. Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan sampai kering, kemudian bersama bahan lainnya diseduh dengan air panas secukupnya dan disaring. Cara menggunakan: diminum biasa.
Saat ini sudah diproduksi ramuan temulawak berbentuk tablet, drag (tablet salut gula) atau berbentuk serbuk, contohnya curcuma tablet/drag dan sari temulawak. Cara pemakaian, sehari 3 kali 2 tablet/drag atau 1 bungkus sari temulawak untuk 1 kali pemakaian, sehari 2 bungkus.
Jika menggunakan perasan air temulawak mentah (tidak direbus atau diseduh dengan air panas), endapkan dahulu supaya tepungnya tidak ikut terminum karena tepung mentah dapat mengganggu fungsi ginjal
Tepung temulawak dapat dimakan setelah diolah. Caranya parut rimpang, kemudian peras dan endapkan. Buang airnya ganti beberapa kali sampai bau dan warna kuning hilang, kemudian jemur. Akhirnya, tepung temulawak siap digunakan.


K.      Klasifikasi dan Standar Mutu
Standard mutu temulawak untuk pasaran luar negeri dicantumkan berikut ini:
·      Warna                                             : kuning-jingga sampai coklat kuning-jingga
·      Aroma                                            : khas wangi aromatis
·       Rasa                                               : mirip rempah dan agak pahit
·      Kadar air maksimum                      : 12 %
·      Kadar abu                                       : 3-7 %
·      Kadar pasir (kotoran)                     : 1 %
·      Kadar minyak atsiri (minimal)    : 5 %



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
       Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Kandungan utama dari temulawak adalah kurkumin
2.    Komponen utama yang terkandung dalam rimpang temulawak yaitu minyak atsiri, kurkumin, pati, kurkuminoid, serat, protin, abu, Phelandren, kamfer, turmerol, borneol, karbinol, Foluymetik, Glukosida, Sineal, Xanthorrhizol.
3.    Manfaat temulawak sangat banyak bagi kesehatan yaitu berkhasiat sebagai pengobatan penyakit jantung dan lever, diare, disentri, wasir, bengkak karena infeksi, cacar, jerawat, sakit kuning, sembelit, merangsang nafsu makan, kejang-kejang, radang lambung, kencing darah, ayan, kurang darah (anemia), penurun panas, mag, perut kembung, pegal-pegal, menurunkan lemak darah (kolesterol), menghambat penggumpalan darah (antioksidan), meningkatkan daya imun, karsinogenesis, menawarkan proteksi hati terhadap toksitas alkohol, menurunkan kerusakan hati melalui pengurangan peroksidasi lipid, memperbaiki fungsi hati, antitumor, dapat menghambat HIV, penurun panas, dan lain - lain.
4.    Produk olahan dari temulawak adalah minyak temulawak (minyak atsiri), simplisia, oleoresin, zat warna, minuman instan ekstrak temulawak.

  
DAFTAR PUSTAKA

Http://id.wikipedia.org/wiki/Farmasi, “Pengertian farmasi”. Diakses 9 nopember 2010.
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17930/4/Chapter%20II.pdf. “industri farmasi”. Diakses 9 Nopember 2010.
http://eprints.undip.ac.id/2348/, diakses 26 nopember.
http://124.40.249.124/intranet/delayota%20e-books%20Lainnya/delayota%20e-books%20for%20Others/IPTEK%20%28perikanan_pertanian_peternakan_dsb%29/bididaya%20pertanian/obat/temulawak.pdf temulawak, diakses 26 nopember.
http://eprints.undip.ac.id/2879/, diakses 30 nopember.
Trubus Info Kit Minyak Atsiri (PT Trubus Swadaya,2009),hal.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar