"welcome to my website"

Nilai seseorang tidak ditentukan oleh kemampuan atau penampilan fisik mereka...

Melainkan...

Oleh "pikiran"...
"perbuatan"...
dan "tindakan mereka"...



Jangan pernah berputus asa dalam menggapai impianmu...
karena hanya ada satu orang yang bisa menghentikanmu : yaitu ; dirimu sendiri.

"Dalam hidup ini, kita hanya mendapatkan ...
kembali apa yang kita berikan...
Kepercayaan bila diberikan dengan murah hati...
akan dibalas dengan kepercayaan juga.."

Minggu, 04 September 2011

Makalah Psikologi Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Kita semua adalah anggota kelompok yang pengaruhnya sangat besar dalam hidup kita. Sebagian besar dari kita lahir ditengah – tengah keluarga dan melewatkan masa kanak – kanak kta melalui interaksi dengan orang tua dan saudara – saudara kandung. Ketika kita memberanikan diri untuk memasuki lingkungan social yang lebih besar, kita berhadapan dengan kelompok, mungkin kelompok bermain sekitar rumah, kelas taman kanak – kanak, kelompok pamuka atau kelompok di Gereja atau Masjid. Sewaktu kita makin berkembang, kita bergabung dengan klub, klub olahraga, kelompok kerja, partai politik dan organisasi – organisasi lainnya.
Maka itu kelompok social menurut pengertian sosiologis adalah kumpulan individu – individu yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, dimana didalamnya terdapat ikatan perasaan yang relative sama. Sedangkan dalam pengertian umum kelompok merupakan golongan, kelas, lapisan atau kumpulan manusia yang dibatasi oleh ciri, kondisi dan kesamaan kepentingan tertentu. Soedjono Dirdjosiswono ( 1985 ) menyebutnya sebagai kesatuan – kesatuan yang menunjukkan satu kumpulan manusia ( a human aggregate ), yaitu sejumlah orang yang mempunyai kepentingan yang sama. Pengertian semacam ini tidak menjadi masalah jika digunakan untuk percakapan sehari – hari, sepanjang masing – masing pihak dapat memahami pokok percakapan itu. Akan tetapi pengertian terakhir ini bisa menimbulkan kesulitan jika percakapan dimaksudkan menelaah seluk beluk kelompok manusia itu sendiri secara lebih luas.
Dalam mempelajari  kelompok manusia secara sosiologis tentu banyak variasi yang perlu dipehitungkan, seperti kuantitas keanggotaan, aktivitas anggota kelompok, hubungan – hubungan ntar individu, factor pengikat para anggotanya, kepentingan – kepentingan, saling ketergantungan dan ukuran – ukuran perilaku atau norma – norma yang sama – sama dipatuhi. Mayor Polak ( 1979 ) mendefinisikan kelompok sebagai “ Group“ yaitu sejumlah orang yang ada antar hubungan satu sama lain dan antar hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.
Pendapat tersebut pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa betapa penting factor hubungan atau interaksi dalam suatu kelompok social, karena sekumpulan orang tanpa ikatan hubugan satu sama lain belum dapat disebut sebagai kelompok. Dalam dunia sosiologi kelompok merupakan organisasi dari dua atau lebih individu yang bersatu atas dasar ikatan – ikatan ketergantungan masing – masing dengan standar ukuran perilaku yang relative sama.
Tipe kelompok yang termasuk dalam kajian kelompok social murni, misalnya keluarga, orang Indonesia, kelompok – kelompok etnis, kelompok profesi dan lain – lain perkumpulan yang pada hakekatnya mengandung hubugan sosial primer, dimana didalamnya terdapat ketergantungan atas kepentingan bersama. Ciri yang paling penting  disini adalah sifat hubungannya yang intim dan terdapat ikatan yang disadari sebagai satu perasaan pemilikan bersama yang kuat.
Kelompok – kelompok, seperti kelompok janda, kelas ekonomi lemh, kelompok usaha -  usaha tertentu, konglomeasi, kelompok – kelompok formal atau kelompok – kelompok sekunder lainnya, yang pada dasarna tidak mengutamakan komponen hubungan sosialnya, melainkan cenderung lebih besar diikatoleh kesamaan kepentingan secara formal adalah tergolong kajian kelompok social terapan. Dalam hal ini ikatan hubungan antar anggotanya lebih banyak ditentukan oleh aturan dan epentingan yang bersifat situsional, sedangkan ukuran perilaku social kurang diperhitungkan.
Soedjono Dirdjosisworo menegaskan bahwa kelas menengah, kleompok penghasilan rendah, para tamatan sekolah menengah atas dan orang – orang yang sudah bercerai adalah contoh – contoh dari kumpulan manusia yang jatuh di luar batas – batas yang disebutkan oleh definisi sosiologi mengenai kelompok. Namun demikian perlu disadari bahwa pengertian mengenai kajian kategori – kateori social tersebut sngat penting untuk memahami kehidupan social manusia. Pengkategorian ini dimaksudkan agar dapat digunakan dalam mengatur pemikiran mengenai berbagai tipe kelompok manusia dan hubungan – hubungan antara satu sama lainnya.
Pada masyarakat dalam arti komunitas tradisional, jalinan hubungan dan saling ketergantungan individu terhadap anggota – anggota lainya sangat jelas. Kehidupan kelompok lebih merupakan cerminan dari gaya hidup masyarakat yang berorientasi kedalam. Solidaritas anggota kelompok lebih ditekankan pada kepentingan bersama yang didasarkan atas ikatan perasaan, baik perasaan dalam hal saling mengisi dalam setiap peristiwa social, maupu perasaan untuk salingmelindungi antar sesama anggota.
      Menurut Hasan Shadily ( 1980 ), bahwa jiwa perkumpulan dan kehendak bersama dalam golongan selalu terdapat isi – mengisi dan campur – mencampuri dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Ia menjelaskan bahwa rasa hidup golongan sangat rapat bergandengan dengan jiwa golongan. Syarat untuk menyatakan adnya rasa hidup ini adalah :
1. Persatuan yang nyata, yang memperkuat rasa golongan
2, Pembedaan yang tegas dengan golongan – golongan lain.
Kekuatan ikatan golongan ( kelompok )tersebut sangat nampak dalam kehidupan masyarakat yang telah hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Mayor polak ( 1977 / menyatakan bahwa sebuah kumpulan tanpa jaringan bungan adalah seperti segenggam pasir kering yang bercerai berai bila dilepaskan. Begitulah keadaan suatu kelompok manusia tanpa disertai oleh ikatan perasaan. Sementara struktur suatu kelompok merupakan susunan dari pola – pola hubungan yang intern yang relative stabil.
Ada sejumlah rangkaian atau system suatu kelompok yang dapat dikatakan berstruktur, yaitu:
1. Adanya system dari status – status para anggotanya, seperti sebuah organiasi pemuda.
2. Terdapat atau berlakunya nilai – nilai, norma – norma ( kebudayaan ) dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya.
3. Terdapat peranan – peranan social yang merupakan aspek dinamis dari struktur.
Namun, ada juga suatu kelompok social lain tidak memiliki struktur. Kelompok tanpa struktur ini disebut sebagai kolektivita social. Kolektivita social ini misalnya sekelompok pemuda yang sedang berkumpul di tepi jalan atau sekelompok pemuda yang sedang begadang. Disebut tidak memilki struktur karena tidak memilki rencana kerja yang jelas, tidak terdapat aturan – aturan yang disetujui bersama serta tanpa adanya status yang mengatur kelompok tersebut.
Suatu kriteria yang dapat digunakan untuk menyebut sekumpulan manusia sebagai kelompok social adalah sebagai berikut ( Soerjono soekanto : 1982 ) :
1. setiap anggoatakelompok tersebut harus sadar bahwa ia merupakan sebagian drai kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbale balik antara anggota yang lainnya dalam kelompok itu.
3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota – anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Factor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama dan lain – lain.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
      Dari beberapa penjelasan diatas, sebagian para ahli memandang kelompok social sebagai kumpulan individu yang tunduk pada ukuran nilai – nilai, norma – norma, perasaan system kekeluargaan dan nasib serta pandangan yang sama.Dengan demikian pendefinisian tentang kelompok social tidak dilakukan secara mutlak, melainkan dilakukan atas dasar tujuan, besar atau kuatnya hubungan social dalam suatu kelompok yang dimaksudkan. Oleh karena itu secara umum kelompok social dapat disebut sebagai suatu kumpulan manusia, dua orang atau lebih yang didalamnya terdapat pola interaksi yang nyata dan dapat dianggap sebagai satu kesatuan.
  
B.     Tujuan

Adapun pembahasan tentang hubungan antar manusia dalam kelompok bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana terbentuknya suatu kelompok social.
2. Untuk mengetahui interaksi sosial dan bentuk – bentuk interaksi social.
3. Untuk mengetahui cirri – ciri perilaku dan tipe-tipe manusia dalam kelompok.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana manusia dapat berinteraksi dalam suatu kelompok dengan baik”.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Terbentuknya Kelompok dan Interaksi Social

Secara rasional faktor – faktor penentu terbentuknya suatu kelompok social adalah didasarkan atas kesadaran bahwa manusia pada umumnya tidak dapat menyelesaikan pekerjannya sendiri atau tidak dapat mencapai tujuannya dengan seorang diri saja. Menurut ilmu jiwa social, bahwa kelompok social terbentuk atas dasar kebutuhan psikologis manusia, terutama adanya kebutuhan manusia akan rasa perlindungan rasa keamanan. Perlindungan akan rasa keamanan ini bisa dipenuhi melalui kehidupan bersama yang terwujud dalam bentuk kelompok – kelompok social. Para ahli psikologi banyak menganggap suatu kelompok sebagai ungkapan peralihan dari pada gejala – gejala social, artinya suatu kelompok merupakan kumpulan manusia yang sedikit banyak secara kebetulan. Dalam hal ini kelompok social dilihat dari pola antar aksi yang paling sederhana hubungan – hubungan manusia dan pola antar aksi hubungan – hubungan manusia dalam kelompok yang nampak bertahan lama.
Secara sosiologis, kelompok social itiu sendiri dilihat sebagai antar aksi structural dan primer. Dalam pengertian ini sosiologis menyoroti tentang problematic dari pada suatu kelompok social. Menurut Bouman, bahwa sampai pada akhir abad ke 20 ini terjadi krisis social yang disebabkan oleh pemikiran 4 abad yang silam ( abad ke 16). Sama persoalannya sebagaimana pernah diajukan oleh Sorokin dan para ahli – ahli filsafat di zamannya, bahwa individualism yang menghadapkan individu versus masyarakat dapat membawa akibat krisis social, disamping krisis – krisi lainnya.
Anderson dan Parker dalam hal ini menekankan bahwa kelompok adalah kesatuan dari dua atau lebih individu, yang menjalani interaksi Pischologis satu sama lain. Kebutuhan dalam suatu kelompok ini tidak ditentukan oleh situasi geografis saja, terutama dalam zaman kemajuan teknologi dimungkinkan oleh pengadaanb komunikasi satu sama lain.
Astrid S. Susanto ( 1977 ), berpendapat bahwa komunikasi adalah metode pembentukan kelompok, yaitu melalui komunikasi orang dapat juga membuat ikatan dan pengaruh Psychologis tmbal balik. Namun walaupun demikian tidak berarti suatu kelompok harus mempunyai persyaratan akan adanya persamaan pemikiran dan persamaan secara total. Akan tetapi kuat dan tahan lama berdirinya suatu kelompok cukup dibentuk oleh sebagian besar jumlah anggotanya yang berperasaan, pemikiran dan tujuan yang sama, sepanjang perbedaan – perbedaan yang ada didalamnya dapat disesuaikan.
Park dan Burgess menyebutkan kelompok sebagai “ social group “ dan juga mereka menekankan adanya interaksi antara anggota – anggota dengan factor – factor utama, yaitu :
a. An interrelationship of persons
b. Aninterplay of personality
c. A moving unit of interacting personalities
Faktor – factor inilah yang menurut Park dan Burges menghasilkan “ we attitude “ ataupun perasaan “sense of belonging “ pada anggota – anggotanya. Pada kehidupan masyarakat pada umumnya, penilaian – penilaian dari anggota kelompok antara satu sama lainnya,sangat ditentukan oleh moral,maka dengan demkian kekuatan integritas anggota dalam suatu kelompok itu dapat diukur menurut besarnya keterlibatan perasaan seseorang terhadap sesame anggotanya. Jelasnya, bahwa perasaan persatuan akan tercapai jika para anggota kelompok mempunyai pandangan tentang tujuan yang sama.
Selain itu, terbentuknya suatu kelompok social disebabkan oleh adanya interaksi antara manusia. Menurut teori kontak social yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes, bahwa manusia dilahirkan terpisah antara satu dengan yang lainnya denagn batas kekuasaan dan kebebasannya. Pada mulanya kehidupan ini seperti kerumunan serigala yang saling mengancam keselamtan masing – masing. Untuk menghindari kehancuran kehidupan bersama ini, maka kumpulan individu – individu ini terdorong untukmengadakan satu perjanjian ( kontrak ) sosial. Jika perjanjian itu disepakati, maka lahirlah kehidupan bersama yang dinamakan kelompok social atau secara umum disebut masyarakat.
Dalam sejarah perkembangan kehidupan manusia terbentuknya suatu kelompok social oleh karena adnya dorongan hasrat manusia sebagai makhluk social yaitu :
a. Hasrat untuk bergabung dengan manusia lain disekelilingnya.
b. Hasrat untuk bersama – sama dalam segala realitas tujuan berproduksi.
c. Hasrat untuk melindungi diri dari persoalan hidup, termasuk ancaman manusia lain dan alam sekitar.
Kesemuanya itu mendorong manusia sama – sama berhasrat untyk membentuk suatu kelompok sepenanggungan yang disebut kelompok social. Kelompok social ini merupakan himpunan manusia yang hidup bersama, dan saling berhubungan dala kesadaran untuk saling tolong – menolong. Melalui kelompok inilah manusia dapat memenuhi berbagai kebutuhan pokoknya dan menghindari kesulitan dan pertentangan.
Menurut abu Ahmadi ( 1985 ), bahwa himpunan manusia yang dinamakan kelompok social itu memerlukan beberapa persyaratan, yaitu :
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutran.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
3. Terdapat suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota – anggota kelompok itu, sehingga hubugan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama dan lain – lain,.
Faktor utama yang dapat membuat hidup ini berarti, bervariasi, bersemangat hidup dan penuh dengan keindahan adalah pergaulan antar sesama. Dengan alasan ini, maka kemudian terbentuknya kelompok soial yang sampai pada akhirnya muncul anggapan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang hidup di atas dunia ini yang bisa lepas bebas dari pergaulan.
      Keberlangsungan pergaulan dalam suatu kelompok social itu sangat erat kaitannya dengan kesamaan pandangan dan kepentingan terhadap nilai dan norma – norma social serta kepemimpinan social. Maka itu dalam pergaulan dalam suatu kelompok timbul namanya kepemimpinan. Sifat pokok dari kepemimpinan adalah pengaruh social. Pemimpin kelompok adalah orang yang memilki pengaruh paling besar terhadap perilaku dan keyakinan kelompok. Seorang pemimpin tugasnya mengarahkan diri pada tercapainya tujuan kelompok.P.J. Bouman ( 1961 ) dalam teori intergrasinya menganggap bahwa manusia hidup bersama dalam suatu pergaulan karena didorong oleh kekuatan yang mengintergrasikan individu ke dalam suatu pergaulan ( kelompok social ). Kekuatan yang dimaksud Bouman adalah pemimpin masyarakat dan norma – norma social.
Jadi, kehidupan berkelompok yang ideal dapat diukur dari kemampuan dari anggotanya untuk mengintergrasikan segala perbedaan selama dalam kesempatan memenuhi tujuan – tujuannya. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya suatu kelompok social adalah sangat ditentukan oleh adalah sangat ditentukan oleh adnya interaksi social.

B. Interaksi Sosial

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi adalah proses di mana orang – orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari – hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial dan masyarakat.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai : pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas – aktivitas semacam itu merupakan bentuk – bentuk dari interaksi social.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh factor – factor sebagai berikut :
a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru
b. Sugesti adalah suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman – pedoman  tingkah laku orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti disini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, denagn interaksi social adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi indentis ( sama ) dengan orang lain,  baik secara lahiriah maupun batiniah.
d.  Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan bedasarkan penilaian poerasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Sementara factor interaksi social yang dapat mendorong terbentuknya suatu kelompok social adalah :
1. Adanya tujuan bersama
2. Adanya perasaan dan kepentingan yang sama
3. Adanya penyesuaian nilai, norma dan normal
4. Adanya kebutuhan akan perlindungan keamanan sesame makhluk social
5. Adanya komunikasi yang cukup untuk tukar – menukar pandangan

a. Bentuk – Bentuk interaksi Sosial

Bentuk – bentuk interaksi social dapat berupa kerja sama ( cooperation), persaingan ( competition ), dan pertentangan ( conflict ). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi social, keemnpat pokok dari interaksi social tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam proses social yang timbul sebagai akibat adabnya interaksi social, yaitu :
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi
b. proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “ contravention “ dan pertentangan pertikaian.
Adapun interaksi yang pokok proses – proses adalah :
1). Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama ( cooperation )
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu :
* Bargaing, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
* Cooperation, proses penerimaan unsur – unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
* Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama

b. Akomodasi ( accomodatiuon )
Adapun bentuk – bentuk akomodasi, diantaranya :
* Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaaan
* Compromise, suatu bentuk akomodasi,dimana pihak yang terlibat amsing – masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
* Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
* Meditation, hampir menyerupai arbitration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
* Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang bersesilisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama
* Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak – pihak yang berkepentingan mempunyai kesimbangan, berhenti apda titik tertentu dalam melakukan pertentangan
* adjudication, yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan
 2) Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan ( competition )
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi ( contraversion )
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontraversi  ditandai oleh  adanya ketidakpastian terhadap diri sesorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala – gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan ( conflict )
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok social yang berusaha unutk mencapai tujuannnya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain : pertentangan pribadi, pertentangan rasioanal, pertentangan kelas social, dan pertentangan politik.

C. Ciri – Ciri Dasar Perilaku Kelompok

a. Teori dampak sosial
Teori dampak social menempatkan masalah yang lebih umum tentang sejauh mana kekuatan pengaruh ( positf atau negative ) yang ditmbulkan oleh orang lain. Seperti yang dikembangkan oleh Latene ( 1981 ), teori ini menyatakan bahwa keseluruhan dampak individu pada jumlah, kekuatan dan kedekatan.
Faktor yang lain adalah kekuatan daya social, makna penring atau kekuasaan oaring yang hadir. Kekuatan dapat ditentukan hal – hal sperti status, usia, dan hubungan antara individu dan orang tersebut. Contoh, mungkin Suci merasa tampil lebih buruk didepan guru atau penata perannya dibandingkan bila tampil didepan teman – temannya.
Faktor yang ketiga adalah kedekatan penonton, kedekatan mereka dalam ruang dan waktu. Contoh, reaksi Ayu akan lebih kuat bila dia tampil langsung didepan penonton yang ditonton melalui pemantau video yang ditempatkan diruang lain     ( Borden,1980 ).

b. Kelompok
Agregat social dimana anggota – anggotanya yang saling tergantung dan setidak – tidaknya memilki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain. Dalam kebanyakan kelompok, anggota – anggotanya melakukan kontak muka yang teratur.
Definisi itu menekankan cara penting suatu kelompok yaitu bahwa dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain. Contoh, semua anak kelas 2 SD Negeri II Jakarta yang mendengar gurunya membacakan suatu cerita adalah bagian dari suatu kelompok.
Kelompok mempunyai keragaman dalam banyak hal :
1. Ukuran
2. Lamnya
3. Nilai – nilainya
4. Tujuan dan ruang lingkupnya
Kelompok juga bervariasi dalam hal nilai dan tujuan. Coba perhatikan sejenak perbedaan sebuah perkumpulan catur, kelompok pemuda local, himpunan mahasiswa dan kelompok pengajian agama di kelas. Kelompok mana, bila ada, yang akan Anda masuki nantinya tergantung pada nilai – nilai pribadi, minat dan tjuan Anda sendiri.

c. Kekompakan
Pada beberapa kelompok, ikatan diantara anggota – anggota kuat dan menetap. Pada kelompok lain – lain, ikatan kendur. Dengan hilangnya rasa berkelompok dan semakin lama anggota – anggotanya cenderung memisahkan diri.
Kekompakan mengacu pada kekuatan, baik positif maupun negative yang menyebabkan para anggota menetap dalam suatu kelompok ( Festinger,1950 ). Adapun kekuatan positif maupun negative yang sangat mempengaruhi kekompakan dalam suatu kelompok adalah :
* Positif
1. daya tarik antar pribadi yang terdapat diantara anggota kelompok merupakan kekuatan pokok yang positif ( Ridgway, 1983 ). Bila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, kekompakan maka kelompok itu akan tinggi.
2. Motivasi orang untuk tetap tinggal dalam suatu kelompok juga dipengaruhi oleh tujuan instrumental kelompok itu
3. Sampai dimana / sejauh mana suatu kelompok berinteraksi secara efektif dan selaras
* Negatif
Kekompakan kelompok juga dipengaruhi kekuatan negative yang menyebabkan para anggotanya tidak berani meninggalkan kelompok itu, bahkan meskipun mereka merasa tidak puas. Kadang – kadang orang tetap tinggal dalam suatu kelompok karena kerugian yang akan ditanggungnya bila dia meninggalkan kelompok itu sangat tinggi atau karena tidak tersedianya pilihan lain.

 D. Tipe – Tipe Manusia dalam Kelompok
Adapun beberapa tipe manusia didalam sebuah kelompok yaitu :

a. Tipe A : Si Bos
Orang tipe ini saat berada dalam kelompok selalu ingin menjadi yang paling berkuasa, bujan jadi pemimpin. Bahakan pada saaat dirinya tidak jadi pemimpin. Tipe ini biasanya sering menyuruh – menyuruh saja kepada anggota yang lain, dan dirinya hanya tinggal enak – enakan.Tidak banyak memantu dan justru menyusahkan. Sungguh tipe orang yang mengesalkan. Tipe ini jika sudah taubat dapat menjadi si pemimpin.

b. Tipe  : Si Terserah
Orang tipe ini selalu saja terserah. Maksudnya pada saat dimintai pendapat, pasti yang keluar adalah kata – kata “ terserah deh..gua ikut saja......” Pada saat pemagian tugasjuga, dia hanya berkata terserah. Setelah pekerjaan selesai, orang tipe ini akan mengeluh karena pekerjaannya tidak sesuai dengan dia.

c. Tipe C : Si Penumpang
Orang tipe ini hanya memajang namanya didaftar anggota kelompok. Saat berkumpul dia tidak datang. Ketika mengerjakan tugas, dia kurang optimal dan akhirnya yang lain harus repot meng – handle bagian dia. Tapi dia ingin namanya tetap ada didaftar kelompok agar mendapat nilai.

d. Tipe D : Si Penjilat
Orang tipe ini tidak disukai sama rekan satu kelompoknya. Pada saat dalam kelompok, dia tidak berperan banyak. Ketika didepan dosen / guru, dia erlagak sempurna, jadi anak rajin agar mendapat nilaki yang bagus. Ketika pemagian nilai kelompok, ternyata si penjilat ini mendapatkan nilai   tertinggi dibandingkan teman – temanya.

e. Tipe E : Si Penyedia
Orang ini berperan sebagai penyedia dalam kelompok. Pada saat kerja kelompok, dia menyarankan untuk mengerjakan tugas dirumahnya. Dan dia akan menyediakan makanan beserta akomodasi juga. Semua fasilitas yang disediakan itu jadi trade – off sama kerjanya yang memang sedikit. Sebenarnya teman seperti ini cukup enak, kalau yang lainnya rajin dan kerja semua.

f. Tipe F : Si Senang – Senang
Orang tipe ini ketika dalam kelompok maunya senang – senang. Bukannya berkumpul untuk kerja kelompok, dia malah mengjak teman – temannya untuk hangout, jalan – jalan ke mall atau karaokean. Teman – temannya menjadi terpengaruh dan bisa berbahaya buat tugas. Bisa tidak selesai karena kebanyakan senang – senang. Mempunyai te,man sekelompok tipe ini ada bagusnya juga tapi kebanyakan bahanya.

g. Tipe G : Si Afwarnes ( Pemaaf )
Orang tipe ini sangat sering minta maaf karena tidak bisamengikuti kerja kelompok atau tidak mengerjakan tugasnya dengan baik. Orang ini sangat sering minta izin tidak ikut mengerjakan tugas, ada – ada saja alasannya. Orang dengan tipe ini bisa membebani teman sekelompok yang lain karena harus meng – handle kerjaan dia.

h. Tipe H : Si Aktivis
Dari namanya, orang ini sangat aktif. . Pada saat mau kerja kelompok, si aktivis tidak akan bisa ikut karena aktivitasnya yang begitu banyak. Orang ini sangat – sangat menghargai waktu, karena baru mengumpul sebentarsudah minta izin krena harus ada aktivitas yang lain. Pada tahap yang lebih parah, orang tipe ini bisa jadi Si Numpang Nama. Orang tipe ini harus terus dikontrol supaya tidak kabur – kaburan.

i. Tipe I : Si Pengalah
Orang tipe ini benar – benar suka mengalah. Jika diberikan kerjaan terlalu banyak atau terlampau sulit, dia tetap mengiyakan. Akibatnya tugas kadang tidak jadi optimal. Selain itu dia juga jadi kecapean sendiri karena kerjanya menggerutu sendiri. Orang ini juga tidak berani bilang tidak ketika disuruh. Lebih parahnya, orang tipe ini bisa dieksploitasi dengan tugas yang setumpuk.

j. Tipe J : Si Pemikir
Orang tipe ini lebih banyak mikirnya daripada kerjanya. Bhasa kerennya konseptor. Ide – idenya menentukan jalannya pengerjaan tugas kelompok. Namun, orang tipe ini cenderung tidak menyukai kerja teknis dalam kelompok. Jarang terlihat bekerja, padahal perannya besar. Punya teman sekelompok tiep ini menguntungkan kalau ada orang lain yang jadi pelaksana ide – idenya, tapi ia tetap harus ikut membantu juga.

k. Tipe K : Si Pelaku Lapangan
Orang ini biasanya malas berpikir, apalagi yang konsep – konsepan. Orang ini menginginkan pekerjaan yang teknis dan tidak harus memakai analisis atau konsep. Pada awaltugas saat taahap perencanaan, kerjanya minim. Namun, pada saat pelaksanaan, ia mulai banyak berperan. Penting juga punya teman sekelompok tipe ini, kalau ada orang lain yang jadi pemikirnya.

l. Tipe L : Si Single Fighter
Orang ini sering bekerja sendiri dalam kelompok. Dan tidsak akan mengajak anggota kelompok yang lai. Kadang hasilnya jadi tidak sesuai dengan harapan kelompok, karena memang dikerjakan sendiri. Orang tipe ini biasanya egois dan merasa pekerjaannya lebih bagus dari yang lain. Cukup bahaya ada teman sekelompok tipe ini, kecuali dia adaalh manusia super yang pekerjaannya pasti bagus.

m. Tipe M : Si Penyempurna
Orang tipe ini biasanya jadi pengumpul pekerjaan orang. Dia Cuma kerja di bagian  akhir. Dia meminta semua teman – temannya yang lain mnegrjakan sendiri – sendiri, kemudia dikumpulkan ke dia. Selanjutnya olehnya akan dijadikan satu dan disempurnakan. Tipe ini ada yang baik, tapi ada yang buruk. Yang baik bisa menjadikan hasil akhir menjadiu sempurna.. Sedangkan yang buruk malah main asal gabung – gabung saja. Kalau dia penyempurna yang baik, sangat beruntung sekelompok dengan orang tipe ini.

n. Tipe N : Si Mooddy – an
Orang tipe ini sering membuat jengkel kalau mood – nya tidak bagus.  Pada saat berkumpul ternyata mood – nya lagi jelek, maka bisa membuat sekelompok kirang optimal juga. Namun, kalau mood – nya bagus, kinerja kelompok menjadi ikut bagus. Tugas penting dari anggota kelompok yanhg lain adalah menjaga supaya mood orang tipe ini tetap bagus terus.

o. Tipe O : Si Barengan
Orang tipe ini sangat membentuk kelompok, concern utamanya adalah bareng sama temen dekatnya atau orang yang dia prefer untuk satu kelompok. Biasanya berpasang – pasangan. Misalnya si A sama si B tidak bisa dipisah dan harus satu kelompok. Orang tipe ini bisa merepotkan karena saat temannya kurang optimal, dia juga menjadi kurangoptimal. Lebih parah lagi mereka berdua bisa kabur bersama dari kerja kelompok. Orang ini perlu dijaga supaya barengannya yang baik – baik saja.

p. Tipe P : Si Butuh Dorongan
Orang tipe ini kalau tidak didorong – dorong atau ditekan – tekan akan tetap berada di zona njyaman. Cukup mengesalkan di awal karena dia tidak kerja apa – apa. Namun, setelah didorong suapaya bekerja sama denagn teman – teman yang lain, dia akan mulai bergerak. Apalagi semakin menjelang deadline tugas, kinerjanya bisa semakin baik. Orang tipe ini membuat was – was dan deg – degan karena baru kerja diakhir – akhir.

q. Tipe Q : Si Kooperatif
Orang tipe ini lebih senang menjadi bagian dari kelompok dan bukan jadi pemimpin. Saat bekerja sendiri di akinerjanya cukup baik. Saat bersama – sama bisa semakin baik. Dia sangat menikmati  bekerja dalam kelompok. Bersedia membantu teman sekelompok yang lain. Satu kelompok dengan orang tipe ini sangat menguntungkan, karena meringankan beban dalam kelompok.

r. Tipe R : Si Pemimpin
Orang tipe ini menjadi pemimpin dalam kelompoknya. Dia mampu memimpin, mengarahkan, mengawasi, memberi masukan dan mengkoordinasikan kelompok. Sering memberikan tugasa pada orang lain, namun ia tidak lepas tangan dengan tugas tersebut. Tipe yang wajib ada dalam kelompok jika ingin kelompok tersebut sukses.

s. Tipe S : Si Serba Bisa
Orang tipe ini cocok menjadi pemimpin atau jadi anggota dalam kelompok. Pada saat jadi pemimpin, dia mampu memimpin denagn baik. Pada saat jadi anggota pun dia mampu berperan secara optimal. Tipe idaman untuk dijadikan teman sekelompok. Sayangmya, orang tipe ini sangat  jarang ditemui. Kalau ada pasti menjadi rebutan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·      Kelompok merupakan golongan, kelas, lapisan atau kumpulan manusia yang dibatasi oleh ciri, kondisi dan kesamaan kepentingan tertentu. Sementara kelompok social menurut pengertian sosiologis adalah kumpulan individu – individu yang mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, dimana didalamnya terdapat ikatan perasaan yang relative sama.
·      Terbentuknya suatu kelompok social disebabkan oleh adanya interaksi antara manusia dan kesadaran bahwa manusia pada umumnya tidak dapat menyelesaikan pekerjannya sendiri atau tidak dapat mencapai tujuannya dengan seorang diri saja serta dasar kebutuhan psikologis manusia, terutama adanya kebutuhan manusia akan rasa perlindungan rasa keamanan.
·  Interaksi adalah proses di mana orang – orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial adalah hubungan timbassl balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial dan masyarakat.
·      Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor – factor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Bentuk – bentuk interaksi social dapat berupa kerja sama ( cooperation), persaingan ( competition ), dan pertentangan ( conflict ).
·      Terdapat berbagai macam tipe – tipe manusia dalam suatu kelompok, sehingga orang yang berada dalam kelompok kadang – kadang melakukan perilaku yang tidak biasa.


DAFTAR PUSTAKA


http://antarmanusia.blogspot.com/Halaman Depan > Tetesan > diakses tanggal 27 september 2010











Tidak ada komentar:

Posting Komentar